Selamat Datang

Kami Menjual Obat Anti Rayap, 100% Bahan Alami Tanpa Kimia

Tombol Disini Tombol Disini
Obat Rayap Alami
  

Keunggulan Produk Ini

Produk Ramah Lingkungan, Ampuh Basmi Hama Rayap.

100% Bahan Alami

Kami hanya menggunakan bahan alami, tanpa bahan kimia.

Ampuh

Produk ini sangat ampuh dalam membasmi hama rayap.

Ramah lingkungan

Tidak menimbulkan kerusakan dan aman bagi lingkungan.

Tanpa Bau

Tidak memiliki bau menyengat seperti umumnya obat kimia.

Dengarkan Apa Kata Mereka

Dengan Obat Rayap Alami ini gak perlu lagi khawatir basmi rayap yang membandel

Super Ampuh, puas banget pake produk ini. waw...pengiriman sangat cepat...pengepakan rapih, pelayanan ramah dan cepat...mantap. thanks gan.

testimoni

Ferri Chandra - Jakarta

Terimakasih, paket sudah sampai dengan baik, overall, service super cepat, barang sampai sesuai dengan gambar, packing rapi, sukses selalu.

testimoni

Jeffrey - Surabaya

50% OFF

300K
IDR 150.000
 

Postingan Terbaru

Lihat Artikel Lainnya

Insektisida Alami

Bagi kehidupan manusia. Biji mimba dapat digunakan sebagai insektisida alami. Selain itu, berfungsi juga sebagai pembunuh jamur (fungisida) dan pembunuh bakteri (antibakteri). Aneka manfaat dari biji mimba ini erat kaitannya dengan komponen kimia yang dikandungnya. Tanaman mimba banyak menyumbangkan manfaat

Insektisida Alami, memilii komponen aktif azadirakhtin dalam biji mimba memiliki daya bunuh terhadap serangga, terutama serangga yang tergolong hama bagi tanaman budidaya. Karena itu, sari pati atau ekstrak biji mimba dapat digunakan sebagai insektisida alami yang ramah lingkungan, karena insektisida ini mudah didegradasi atau dihancurkan secara alami.

Akibatnya, tidak mempunyai efek racun bagi manusia dan tidak membunuh hewan lain yang bukan sasaran. Dengan kata lain, ekstrak biji mimba hanya membunuh jenis-jenis serangga tertentu yang tergolong hama atau perusak tanaman budidaya.

Insektisida alami umumnya tidak langsung membunuh serangga sasaran. Awalnya, keadaaan ini kurang disukai masyarakat. Namun, dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya penggunaan racun serangga berbahan kimia, minat untuk menggunakan insektisida alami semakin meningkat. Penggunaan bahan alami ini didukung juga oleh tuntutan pasar ekspor yang mensyaratkan kandungan maksimal residu pestisida.

Insektisida alami sebagai salah satu bagian dari jenis pestisida, berdasarkan penelitian dan pengalaman di lapangan, memenuhi kriteria sebagai pestisida yang ramah lingkungan. Ekstrak biji mimba memiliki daya kerja yang bersifat repelen (repellent), yaitu menolak kehadiran serangga terutama karena baunya yang menyengat. Contohnya, terhadap ulat kapas dan penggerek padi.

Daya kerja insektisida biji mimba terhadap serangga sasaran yang tergolong hama tanaman sebagai berikut.

1. Mengganggu dan menghambat pertumbuhan telur, larva, dan pupa.

2. Memblokir atau menghambat pembentukan kepompong dari larva.

3. Mengganggu proses perkawinan dan komunikasi seksual.

4. Meracuni larva daun dewasa.

5. Mencegah betina untuk bertelur.

6. Mensterilisasi serangga dewasa sehingga tidak bisa melakukan perkawinan.

7. Mencegah serangga makan tanaman (antifeeding).

8. Mengurangi motilitas saluran pencernaan serangga.

9. Menyebabkan metamorfosis pada berbagai tahapan pertumbuhan serangga tidak normal.

10. Menghambat pembentukan kitin pada larva sehingga proses pergantian kulit menjadi terhambat.

Dilihat dari daya kerjanya, jelas sekali bahwa insektisida alami ini tidak langsung mematikan serangga sasaran. Meskipun efek kerja insektisida biji mimba ini relatif lambat, setelah 7—10 hari penyemprotan dilakukan, serangga sasaran akan mati.

Kelebihan utama penggunaan insektisida alami adalah kemampuannya untuk diuraikan atau didegradasikan secara cepat. Proses penguraiannya dibantu oleh komponen alam, seperti sinar matahari, udara, dan kelembapan.

Dengan demikian, insektisida alami yang disemprotkan beberapa hari sebelum dilakukan pemanenan tidak meninggalkan residu. Karenanya, produk yang dihasilkan bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu khawatir adanya serangan bahan aktif yang tersisa atau residu insektisida tersebut.

Insektisida alami seperti azadirakhtin dari biji mimba memiliki daya aksi yang tergolong cepat, terutama untuk menghentikan nafsu makan organisme pengganggu tanaman (OPT), meskipun tidak langsung mematikan. Selain itu, memiliki daya fitotoksisitas yang rendah, sehingga tidak meracuni dan tidak merusak tanaman. Insektisida mimba telah diproduksi secara komersial di beberapa negara dengan berbagai nama dagang.

Di Amerika Serikat, insektisida berbahan mimba ini dikomersialkan dengan nama dagang Margosan. Perusahaan Jerman, Trifolid-M Gmbh memproduksi dan memasarkan Nemazal.

Efek Negatif Pestisida kimia

Dalam penggunaannya, dampak pestisida kimia semakin lama semakin mengkhawatirkan. Pasalnya, tidak semua bahan yang terkandung pada pestisida kimia sampai ke sasaran. Paling tidak, hanya sekitar 20% bahan aktif pestisida yang sampai ke sasaran, selebihnya lepas begitu saja.

Akumulasi pestisida kimia bisa mencemari lahan pertanian. Jika pencemaran pestisida kimia masuk ke dalam rantai makanan, bisa timbul berbagai serangan penyakit, seperti kanker, mutasi genetik, dan bayi lahir cacat. Pada saat pestisida kimia diaplikasikan, banyak petani yang tidak mengindahkan dosis yang sudah dianjurkan, bahkan cenderung sembarangan dalam penggunaan dosis. Contoh kasus, saat ada suatu jasad pengganggu yang tahan terhadap semprotan jenis pestisida, biasanya petani segera menambah dosis pestisida yang digunakan, tanpa mengikuti aturannya.

Aplikasi pestisida kimia yang berlebihan dan tidak tepat sasaran justru akan mengakibatkan ketidakberhasilan dalam mengendalikan serangan hama dan penyakit. Bahkan, bisa memacu peningkatan serangan organisme pengganggu tumbuhan. Petani yang paling sering menggunakan berbagai macam merek dagang pestisida adalah petani sayuran, tanaman pangan, dan tanaman buah-buahan.

Memang benar ada beberapa keuntungan menggunakan pestisida kimia, seperti lebih cepat menurunkan populasi jasad pengganggu tanaman (bersifat sementara), mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar besaran, mudah disimpan, dan masa kedaluwarsanya cukup lama.

Namun, di balik beberapa keuntungan ini ternyata ada banyak dampak buruk dari pestisida kimia.

Berikut pemaparan dampak negatif dari pemakaian pestisida kimia.

A. Racun Bagi Manusia

Pada dasarnya, sifat pestisida kimia adalah racun bagi jasad pengganggu (hama dan penyakit tanaman). Sayangnya, bahan kimia yang terkandung di dalam pestisida juga bersifat racun bagi manusia, ternak, dan tanaman lain yang bukan target sasaran.

Apabila aplikasi pestisida kimia tidak diimbangi dengan perlindungan kesehatan, petani yang hampir setiap hari berhubungan dengan pestisida, lambat laun kesehatannnya akan memburuk. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat aplikasi, tetapi bisa juga terjadi ketika mempersiapkan bahan pestisida sebelum penyemprotan dan sesudah melakukan penyemprotan.


B. Pestisida Kimia Berdampak Buruk Terhadap Lingkungan

Bahan baku pestisida kimia termasuk bahan pencemar yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, aliran air, atau terbawa organisme yang terkena racunnya.

Residu pestisida kimia-terutama pestisida jenis sintetis-sangat sulit terurai secara alami. Bahkan, untuk beberapa jenis pestisida kimia sintetis, residunya bisa bertahan hingga puluhan tahun.

Penyebaran residu pestisida kimia, selain ditemukan di dalam tanah, juga terdapat di air sungai atau aliran air irigasi, air sumur, bahkan di udara bebas. Residu pestisida kimia yang paling berbahaya justru ada di berbagai jenis sayur dan buah buahan yang telah disemprot racun pestisida kimia.

Residu pestisida tersebut akan menempel pada buah dan sayuran yang kita konsumsi sehari-hari.

C. Mengakibatkan Ledakan Populasi Hama

Tujuan utama aplikasi pestisida kimia yang dilakukan para petani adalah memberantas hama dan penyakittanaman (jasad pengganggu).

Pada mulanya, aplikasi pestisida kimia terhadap jasad pengganggu tanaman memang akan musnah. Namun, seiring berjalannya waktu, pemberantasan jasad pengganggu dengan pestisida kimia justru akan menyebabkan hama dan penyakit kebal terhadap zat aktif tertentu.

Kekebalan ini menjadikan perkembangan populasi hama menjadi meningkat. Penggunaan pestisida memang dapat menurunkan hama utama, tetapi organisme yang bukan merupakan hama utama pun akan meningkat jumlahnya. Hal ini bisa terjadi karena hilangnya musuh alami dari hama tersebut.

Meningkatnya jumlah hama ini disebut juga dengan istilah ledakan populasi hama sekunder.

Alasan Memilih Pestisida Alami

Karena berbagai dampak penggunaan pestisida kimia yang cukup memprihatinkan, mau tidak mau paradigma terhadap pestisida sebagai pengendali hama tanaman harus diubah. Para petani yang awalnya mengendalikan hama dan penyakit dengan pestisida kimia, saatnya diubah dengan pemanfaatan pestisida nabati.

Bagi masyarakat awam, istilah pestisida nabati mungkin masih asing di telinga. Pasalnya, pestisida nabati lebih banyak disebut atau dikenal dengan nama pestisida organik. Padahal, pestisida nabati dan pestisida organik tidak ada bedanya. Hanya beda julukan. Ada juga yang menyebut pestisida nabati dengan sebutan pestisida alami. Pestisida nabati merupakan suatu bahan atau campuran bahan alami yang diproses dan digunakan untuk mengendalikan atau membunuh jasad pengganggu (hama dan penyakit). Bahan bahan alami ini didapat dari berbagai jenis tanaman dan mikroorganisme.

Cikal bakal munculnya pestisida nabati sebenarnya dimulai ketika masyarakat kita memanfaatkan empon-empon atau ramuan tradisonal untuk bahan baku produksi ramuan jamu tradisional.

Ramuan tradisional ini digunakan untuk mencegah dan mengobati tubuh manusia. Misalnya, untuk mengobati anak-anak kecil yang perutnya buncit karena cacingan, digunakan bahan berupa daun temu ireng. Untuk mengobati radang tenggorokan, bisa menggunakan bahan berupa umbi kunyit.

Konon, dari pengalaman merasakan khasiat dan manfaatnya, ramuan jamu ini akhirnya dicoba diterapkan dan diaplikasikan ke berbagai jenis tanaman. Selain itu, pemanfaatan pestisida nabati juga untuk mencegah dampak residu pestisida kimia yang sangat menganggu kesehatan manusia.

Dari berbagai hasil riset pestisida nabati yang sangat positif, para petani mulai mencoba melakukan aplikasi pestisida nabati. Aplikasi pestisida ini ternyata cukup ampuh mengendalikan dan membasmi hama dan penyakit.

Perkembangan tanaman yang disemprot menggunakan pestisida nabati ternyata cukup bagus dan tampak lebih sehat dibandingkan dengan disemprot menggunakan pestisida kimia.

Lalu, bagaimana gambaran kondisi penggunaan pestisida nabati saat ini? Simak pemaparannya berikut ini.

A. Ketersediaan Bahan Pestisida Nabati

Maraknya pemanfaatan pestisida nabati untuk pengendalian hama dan penyakit di areal pertanian, tentunya semakin meningkatkan kebutuhan bahan bakunya.

Sampai saat ini para petani, yang menggunakan pestisida nabati, memperoleh bahan bakunya hanya dari pasar-pasar tradisional. Padahal, ketersediaan bahan baku di pasar semakin menurun. Bukan mustahil jika nanti ketersediaan bahan baku pestisida nabati menjadi sangat langka.

Sebaiknya, petani pun mulai menanam bahan baku pestisida sendiri. Bisa di lahan seputar lingkungan rumah, seperti apotek hidup, atau di lahan khusus untuk budi daya bahan baku pestisida nabati ini.

B. Kelebihan Pestisida Nabati

Karena bahan bakunya yang alami, pestisida nabati memiliki beberapa kelebihan. Apa saja kelebihannya? Berikut pemaparannya.

1. Ramah lingkungan karena pestisida nabati memiliki material organik yang mudah terurai. Dengan begitu, dampak racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama di alam bebas.

2. Residu pestisida nabati bersifat mudah terurai, sehingga tidak bertahan lama pada tanaman. Dengan begitu, sayur atau buah yang disemprot menggunakan pestisida nabati lebih aman untuk dikonsumsi. Penampakan sayur dan buah pun lebih segar dibandingkan dengan yang disemprot menggunakan pestisida kimia.

3. Tidak beracun bagi manusia. Bahan untuk memproduksi pestisida nabati relatif mudah didapatkan.

4. Proses pembuatan pestisida nabati mudah dilakukan.

5. Mudah diaplikasikan.

6. Tidak mematikan bagi hewan predator hama.

7. Penggunaan pestisida nabati memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.

Umumnya, harga jual hasil panen dari pengendalian sistem pestisida nabati lebih baik dibandingkan dengan produk yang menggunakan pestisida kimia.

8. Pembuatan pestisida nabati bisa dilakukan sendiri sehingga menghemat pengeluaran biaya produksi.

Penggunaan pestisida nabati yang diintegrasikan dengan konsep pengendalian hama terpadu tidak akan menyebabkan kekebalan pada hama. Berefek menghentikan nafsu makan hama, terutama serangga, walaupun jarang menyebabkan kematian.

Daya racun sangat rendah terhadap hewan, manusia, dan lingkungan. Memiliki dampak pengendalian yang luas (racun lambung dan saraf) dan bersifat selektif.


9. Dapat diandalkan untuk mengatasi organisme pengganggu tanaman yang kebal pada pestisida kimia.

10. Tidak meracuni dan merusak tanaman.

11. Biaya pembuatannya relatif murah dan tidak menguras kantong petani.

Cara Menggunakan Pestisida Dengan Benar

Prinsip Penggunaan Pestisida Pertanian

Penggunaan pestisida pertanian berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi pengguna, konsumen, lingkungan, serta dampak sosial ekonomi. Oleh karena itu, penggunaan pestisida harus dilakukan secara hati-hati. Tujuan penggunaan pestisida harus ditekankan untuk menurunkan populasi hama, menghentikan serangan penyakit, dan mengendalikan gulma agar keberadaannya tidak menyebabkan kerugian ekonomis atau bisa menekan kehilangan hasil.
Pestisida tidak dimaksudkan untuk menaikkan produksi tanaman, tidak pula untuk menyuburkan tanaman. Jika produksi tanaman yang diperlakukan dengan pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pestisida, hal tersebut merupakan konsekuensi logis. Sebagai contoh, jika petak yang tidak mendapatkan aplikasi pestisida sebagian hasilnya hilang karena dirusak OPT, petak yang mendapatkan aplikasi pestisida mengeluarkan hasil yang normal.
Memang ada beberapa bahan aktif pestisida memiliki efek fitotonik (menghijaukan tanaman) seperti pada beberapa senyawa triazole. Namun, efek-efek ini harus dianggap sebagai efek samping saja, bukan tujuan utama penggunaan pestisida.
Untuk menghindari atau menekan hal-hal yang tidak diinginkan, penggunaan pestisida pertanian sebaiknya memerhatikan tiga prinsip berikut.
1 . Digunakan secara Legal Dalam hal ini, penggunaan pestisida tidak boleh bertentangan dengan peraturan atau perundangan yang berlaku di Indonesia.
2. Digunakan secara Benar Penggunaan pestisida harus disesuaikan dengan rekomendasi dari pembuatnyaatau lembaga lainyangberwenang. Selain itu, pengguna juga harus memerhatikan syarat-syarat teknis sesuai dengan metode aplikasi yang digunakan. Dengan demikian, pestisida yang digunakan mampu menampilkan efikasi biologisnya yang optimal. Efikasi biologis (biological efficacy) adalah kemampuan pestisida untuk mengendalikan OPT sasaran seperti yang dicantumkan dalam label atau petunjuk penggunaannya. Penggunaan secara benar bertujuan untuk mengefektifkan kerja pestisida.
3. Digunakan secara Bijaksana Penggunaan pestisida harus sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu mengendalikan OPT. Penggunaan pestisida yang bijaksana adalah penggunaan pestisida yang lebih rasional, lebih mengedepankan akal sehat daripada emosi. Dalam pelaksanaannya, pengguna perlu memerhatikan hal-hal berikut. Penggunaan pestisida yang bijaksana tidak berdampak negatif bagi keselamatan pengguna, konsumen, dan kelestarian lingkungan. Penggunaan pestisida yang bijaksana sejalan dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT).
— Penggunaan pestisida yang bijaksana seharusnya mengikutsertakan manajemen resistensi untuk mencegah atau menunda terjadinya resistensi OPT terhadap pestisida.
— Penggunaan pestisida yang bijaksana juga berarti penggunaan pestisida yang tidak berlebihan dan ekonomis.
x
x

Pestisida Alami

Pestisida Secara harfiah, 'pestisida* berarti pembunuh hama (pest. hama dan cide:
membunuh).





Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI Nomor. 434. 1/Kpts/TP.2 70/7/2001, tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut.
1 . Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan.
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman (tetapi tidak termasuk dalam golongan pupuk).
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak.
6. Memberantas hama-hama air.
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia.

Sementara itu, The United States Environmental Control Act mendefinisikan pestisida sebagai berikut.
1 . Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
Dari batasan tersebut, terlihat bahwa pengertian pestisida sangat luas dan mencakup produk-produk yang digunakan di bidang pengelolaan tanaman (pertanian, perkebunan, kehutanan); peternakan; kesehatan hewan; perikanan; penyimpanan hasil pertanian; pengawetan hasil hutan; kesehatan masyarakat (termasuk pengendalian vektor penyakit manusia); bangunan (khususnya pengendalian rayap); pestisida rumah tangga; fumigasi; serta pestisida industri.
Secara khusus, pestisida yang digunakan di bidang pengelelaan tanaman disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products, crop protection agents) atau pestisida pertanian. Penyebutan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis pestisida tersebut dengan pestisida yang digunakan di bidang lain.
Pada kenyataannya, tidak semua pestisida bekerja dengan cara membunuh organisme sasarannya.
Sebagai contoh, atraktan (penarik), repelen (pengusir), dan plantgrowth regulator (zat pengatur tumbuh / ZPT). Oleh sebab itu, istilah produk perlindungan tanaman juga digunakan di kalangan industri pestisida untuk menghindari istilah pestisida yang berkonotasi *bahan pembunuh*. Oleh karena istilah pestisida resmi digunakan dalam peraturan dan perundangan, penggunaan istilah pestisida dan produk perlindungan tanaman dalam buku ini digunakan secara bergantian dengan maksud yang sama.
Sebagai produk perlindungan tanaman, pestisida pertanian meliputi semua zat kimia, campuran zat kimia, atau bahan- bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme, dan hasil fermentasi) yang digunakan untuk keperluan berikut.
1. Mengendalikan atau membunuh organisme pengganggu tanaman (OPT). Sebagai contoh insektisida, akarisida, fungisida, nematisida, moluskisida, dan herbisida.
2. Mengatur pertumbuhan tanaman, dalam arti merangsang atau menghambat pertumbuhan dan mengeringkan tanaman. Sebagai contoh zat pengatur tumbuh, defoliant (senyawa kimia untuk merontokkan daun), dan dessicant (senyawa untuk mengeringkan daun).
B. Klasifikasi Pestisida
Berdasarkan Organisme Sasaran
Gangguan pada tanaman bisa disebabkan oleh faktor abiotik maupun biotik. Faktor abiotik di antaranya keadaan tanah (struktur tanah, kesuburan tanah, kekurangan unsur hara); tata air (kekurangan, kelebihan air, dan pencemaran air); keadaan udara (pencemaran udara); dan faktor iklim. Gangguan ini bisa diatasi dengan tindakan pengoreksian. Sebagai contoh, kekurangan unsur bisa dikoreksi dengan penambahan jumlah unsur yang kurang. Gangguan karena faktor abiotik tidak bisa dikoreksi dengan penggunaan pestisida.
Sementara itu, faktor biotik (makhluk hidup) yang menyebabkan gangguan pada tanaman disebut dengan istilah organisme pengganggu tanaman (OPT).
Dalam pengertian sehari-hari, OPT dibagi menjadi tiga kelompok berikut.
1. Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung, dan moluska).
2. Penyakit (jamur, bakteri, virus, dan nematoda).
3. Gulma atau tumbuhan pengganggu. Siput pada daun tomat
Gangguan yang disebabkan oleh OPT inilah yang bisa dikendalikan dengan pestisida. Berdasarkan OPT sasarannya, pestisida dikelompokkan menjadi beberapa jenis berikut.
1. Insektisida, yang digunakan untuk mengendalikan hama berupa serangga. Kelompok insektisida dibedakan menjadi dua, yaitu ovisida (mengendalikan telur serangga) dan larvisida (mengendalikan larva serangga).
2. Akarisida, yang digunakan untuk mengendalikan akarina (tungau atau mites).
3. Moluskisida, yang digunakan untuk mengendalikan hama dari bangsa siput (moluska).
4. Rodentisida, yang digunakan untuk mengendalikan hewan pengerat (tikus).
5. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda.
6. Fungisida, digunakan untuk mengendalikan penyakittanaman yang disebabkan oleh cendawan (jamur atau fungi).
7. Bakterisida, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri.
8. Herbisida, digunakan untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).
9. Algisida, digunakan untuk mengendalikan ganggang (algae).
10. Piskisida, digunakan untuk mengendalikan ikan buas.
11. Avisida, digunakan untuk meracuni burung perusak hasil pertanian.
12. Repelen, pestisida yang tidak bersifat membunuh, hanya mengusir hama.
13. Atraktan, digunakan untuk menarik atau mengumpulkan serangga.
14. ZPT, digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman yang efeknya bisa memacu pertumbuhan atau menekan pertumbuhan.
15. Plant activator, digunakan untuk merangsang timbulnya kekebalan tumbuhan sehingga tahan terhadap penyakit tertentu.
[IMG]
Penyakit busuk daun (Phytophthora infestans) pada tomat
Pengetahuan tentang pengelompokan pestisida berdasarkan jasad sasarannya ini sangat penting sebagai pengetahuan dasar untuk memilih pestisida yang tepat.
Pemilihan pestisida yang tepat harus didasari dengan pengetahuan dalam membedakan penyebab gangguan seperti hama, penyakit, gulma, atau pengganggu lainnya.
Tentu tidak ada gunanya jika kita menggunakan ungisida untuk mengendalikan hama berupa serangga. Begitu juga, sama mubazirnya jika menggunakan insektisida untuk mengatasi gangguan karena jamur.
B. Dampak Penggunaan Pestisida
Pertanian Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahan-bahan lain yang bersifat bioaktif. Pada dasarnya, pestisida itu bersifat racun. Oleh sebab sifatnya sebagai racun itulah pestisida dibuat, dijual, dan digunakan untuk meracuni OPT. Setiap racun berpotensi mengandung bahaya. Oleh karena itu, ketidakbijaksanaan dalam penggunaan pestisida pertanian bisa menimbulkan dampak negatif.
Beberapa dampak negatif dari penggunaan pestisida dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Dampak Bagi Keselamatan Pengguna Penggunaan pestisida bisa mengontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan.
Dalam hal ini, keracunan bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keracunan akut ringan, akut berat, dan kronis.
Keracunan akut ringan menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit, dan diare. Keracunan akut berat menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit bernapas, keluar air liur, pupil mata mengecil, dan denyut nadi meningkat.
Selanjutnya, keracunan yang sangat berat dapat mengakibatkan pingsan, kejang-kejang, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Namun, keracunan kronis dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan.
Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida di antaranya iritasi mata dan kulit; kanker; keguguran; cacat pada bayi; serta gangguan saraf, hati, ginjal, dan pernapasan. Namun, ada kalanya klaim tersebut sulit dibuktikan secara pasti dan meyakinkan.
b. Dampak Bagi Konsumen
Dampak pestisida bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak segera terasa. Namun, dalam jangka waktu lama mungkin bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Meskipun sangat jarang, pestisida dapat pula menyebabkan keracunan akut, misalnya dalam hal konsumen mengonsumsi produk pertanian yang mengandung residu dalam jumlah besar.
c. Dampak Bagi Kelestarian
Lingkungan Dampak penggunaan pestisida bagi lingkungan bisa dikelompokkan menjadi dua kategori.
1. Bagi Lingkungan Umum
— Pencemaran lingkungan (air, tanah, dan udara).
— Terbunuhnya organisme non-target karena terpapar secara langsung.
— Terbunuhnya organisme non-target karena pestisida memasuki rantai makanan.
— Menumpuknya pestisida dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan (bioakumulasi).
— Pada kasus pestisida yang persisten (bertahan lama), konsentrasi pestisida dalam tingkat trofik rantai makanan semakin ke atas akan semakin tinggi (biomagnifikasi). Penyederhanaan rantai makanan alami.
— Penyederhanaan keragaman hayati. — Menimbulkan efek negatif terhadap manusia secara tidak langsung melalui rantai makanan.
2. Bagi Lingkungan Pertanian (Agro-ekosistem) OPT menjadi kebal terhadap suatu pestisida (timbul resistensi OPT terhadap pestisida).
— Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurjensi hama).
— Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak penting maupun hama yang sama sekali baru.
— Terbunuhnya musuh alami hama. Perubahan flora, khusus pada penggunaan herbisida.
— Fitotoksik (meracuni tanaman).
d. Dampak Sosial Ekonomi
— Penggunaan pestisida yang tidak terkendali menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi.
— Timbulnya hambatan perdagangan, misalnya tidak bisa ekspor karena residu pestisida tinggi.
— Timbulnya biaya sosial, misalnya biaya pengobatan dan hilangnya hari kerja jika terjadi keracunan.
— Publikasi negatif di media massa.
Dampak Penggunaan Pestisida Pertanian
1. Bagi Pengguna
- Keracunan
- Gangguan kesehatan
2. Bagi Konsumen
Gangguan kesehatan
3. Bagi Lingkungan
- Lingkungan Umum
   - Pencemaran lingkungan
   - Kematian organisme non target
    - Berkurangnya keragaman hayati
    - Fitotoksik
    - Suksesi Gulma
- Lingungan Pertanian
    - Resurjensi
    - Timbulnya hama lain
    - Kematian musuh alami
    - Sosial Ekonomi Usaha tani biaya tinggi Hambatan perdagangan Biaya sosial Publikasi negatif
Gambar 1 . Bagan dampak penggunaan pestisida pertanian
x
x

Obat Rayap Alami

Obat Rayap Alami merupakan bagian dari produk pestisida atau yang biasa dikenal dengan sebutan pembasmi hama banyak dijumpai dan digunakan di sekitar kita. Pestisida merupakan bahan yang terbuat dari ramuan tunggal atau ramuan majemuk yang digunakan untuk mengendalikan, mencegah dan membasmi hama. Secara umum, hama bisa diartikan sebagai organisme yang mengganggu. Organisme pengganggu bisa berupa rayap, tikus, burung, ikan, gulma atau mikrobia. 

Obat Rayap Alami
Obat Rayap Alami
Dewasa ini, pestisida yang banyak digunakan adalah jenis pestisida kimia. Namun, pestisida kimia memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sehingga pemerintah mendorong penggunaan pestisida alami. Dorongan tersebut terlihat dengan dibuatnya kebijakan nasional dalam hal perlindungan tanaman melalui program Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Melalui program ini diharapkan masyarakat dan industri mengutamakan penggunaan dan pembuatan pestisida alami.

Pestisida alami terdiri dari dua jenis yaitu pestisida hewani dan pestisida nabati. Pestisida hewani dapat diartikan sebagai jenis pestisida yang berbahan dasar hewan. Sedangkan pestisida nabati adalah jenis pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan.

Pestisida Hewani
Pestisida hewani yang sampai saat ini masih kerap dijumpai adalah pestisida yang terbuat dari urin sapi. Urin sapi bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman padi sebagai ramuan tunggal maupun ramuan majemuk.

Ramuan tunggal artinya pembuatan pestisida tidak perlu menggunakan bahan lain, cukup urin sapi saja. Cara pembuatannya sangat sederhana, urin sapi hanya perlu diendapkan selama 2 minggu pada bak terbuka sehingga terpapar sinar matahari secara langsung. Kemudian encerkan urin yang telah diendapkan dengan air dengan perbandingan 1:6 sebelum siap disemprotkan pada tanaman padi.
Selain sebagai ramuan tunggal, urin sapi juga dapat dimanfaatkan sebagai ramuan majemuk. Urin sapi biasanya dicampur dengan daun mimba, daun tembakau, kunyit dan air.

Pestisida Nabati
Pestisida nabati dikategorikan sebagai pestisida biokimia karena sifatnya yang mengandung biotoksin. Pestisida yang terbuat dari tumbuhan ini bekerja dengan cara non toksik. Tumbuhan memiliki metabolit sekunder yang digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan organisme pengganggu.

Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati adalah tumbuhan yang memiliki metabolit sekunder yang tinggi. Metabolit sekunder tersebut mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti terpenoid, alkaloid dan fenolik. Contoh tumbuhan yang bisa digunakan sebagai bahan pestisida alami diantaranya adalah akar hijau, blimbing wuluh, kemiri, kayu manis, mimba, nangke, pacar cina, daun pepaya dan masih banyak lagi yang lainnya.

Salah satu contoh pestisida nabati yang dapat digunakan untuk membasmi ulat dan hama penghisap adalah pestisida dari daun pepaya. 

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

·1.Siapkan 1 kg daun pepaya yang baru dipetik kemudian rajang secara halus.
2.Rendam dengan 10 liter air hasil rajangan bersama dengan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gram detergen selama satu malam.
3.Saring hasil rendaman menggunakan kain halus.
4.Pestisida dari daun pepaya siap digunakan dengan cara disemprotkan.

Pestisida nabati mampu mencegah dan membasmi hama dengan prinsip kerja yang unik, yaitu:
·1.Menghambat proses reproduksi hama.
2.Merusak telur, larva dan pupa sehingga regenerasi hama menjadi terganggu.
·3.Membuat hama tidak nafsu makan.
·4.Menghambat proses pergantian kulit yang biasa terjadi pada serangga.

Secara umum, pestisida alami memiliki banyak keuntungan jika dibandingkan dengan pestisida kimia. Keuntungan tersebut diantaranya adalah:
1.Tidak berbahaya bagi lingkungan karena tidak bersifat meracuni.
2.Pestisida alami mampu diurai oleh alam dan residunya mudah hilang.
3.Bahan pembuatannya mudah ditemui di alam.
4.Cara pembuatannya relatif mudah.
5.Pengaplikasiannya mudah karena tinggal menyemprotkan secara merata kepada tanaman atau benda lain yang terserang hama.

Beberapa keuntungan pestisida alami membuat penanganan hama dengan pestisida jenis ini masih banyak dilakukan terutama di daerah pertanian. Selain murah dan mudah, pestisida alami juga tidak berbahaya bagi lingkungan dan efektif menangani hama.
Telah banyak studi menunjukkan bahwa pestisida alami tidak kalah efektif dengan pestisida kimia. Salah satu buktinya adalah hasil pertanian di Swedia tidak berkurang meski menggunakan pestisida alami. Sedangkan di Indonesia, penggunaan pestisida alami hanya mengurangi hasil panen sebesar 15% jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.





https://api.whatsapp.com/send?phone=6281398588880&text=Hai%20Saya%20Mau%20Pesen Obat Rayap Alami...